Laku Kontemplasi Manusia pada Ruang-ruang Masjid

Masjid Pesona Intiland |
Cilebut Bogor | 2017


Lokasi berada di sebuah lahan berrumput di tepi jurang yang landai. Dibawahnya mengalir sungai yang jernih khas tanah Parahyangan. Tampak pohon-pohon hijau di kejauhan. Di seberang jalan berjajar rumah-rumah mungil yang asri.

Posisi lahan yang lebih rendah dari jalan di sisi barat, membuat kami mendesain masjid 2 lantai, meski TOR meminta hanya satu lantai. Alasannya agar masjid terlihat melayang dari tepi jalan. lebih tinggi, tidak lebih rendah, sebagaimana masjid adalah rumah suci yang dimuliakan. meski 2 lantai, lantai bawah kami desain benar-benar terbuka, hanya ada tempat bersuci (toilet dan tempat wudhu) Sebelum manusia menghadap kepada Ilahi.



Namun sebelum bersuci secara fisik, mensucikan niat dan hati adalah yang pertama. Tangga menurun ke bawah dari jalan [duniawi] menuju masjid [akhirat] adalah fase manusia berjalan merundukkan badan dan hati, menuruni anak tangga satu demi satu, melepaskan tingginya derajat kita di dunia sehingga kita rendah dan tidak ada apa-apanya di hadapan Sang Maha Tinggi.

Dalam kerendahan itulah, manusia kemudian menuju ruang terbuka, tempat melepas kepenatan dan media istirah dari rutinitas duniawi, dan mendengar panggilan Ilahi mulai menggema dalam relung-relung. Saatnya bagi kita kemudian untuk mensucikan diri, membersihkan dari lumpur dan noda duniawi, agar layak dan sudi Tuhan menengok pada kehadiran kita di rumah-Nya.


Tangga menuju ke ruang ibadah di atas kemudian terdapat dua konsep yang beda, terbuka bagi laki-laki (ikhwan), tertutup bagi wanita (akhwat). namun keduanya sama-sama menjadi stepping forward, fase manusia untuk beranjak bangkit dari bawah ke atas, dari yang buruk menjadi lebih baik. dari yang bernoda menjadi bertaubat agar suci mulia.


Gubahan massa pada ruang utama terdiri dari dua massa utama: 1) area sholat dengan dinding kanan kiri berupa garis garis vertikal sebagai skin, agar sinar matahari dapat masuk melalui celahnya, seperti sianr Ilahi yang menelusup dalam relung-relung hati ummat Nya. 2) area mihrab didesain massif karena posisi ada di paling barat, juga sebagai penegas orientasi ibadah umat Islam menuju kiblat.

Terakhir minaret dengan simbol bulan sabit, menjadi penanda bahwa bangunan ini adalah masjid, menggantikan kubah yang sudah terlalu umum (baca: harus) dihadirkan, sedangkan Nabi tidak pernah memerintahkan mengenai bentuk dan simbol spesifik dari bangunan masjid.  Secara umum, minarat sebagai satu-satunya massa vertikal pada masjid, menandakan keEsaan Tuhan sebagai satu-satunya tujuan, sebagai penghubung ruang publik di bawah bangunan (dunia bawah, dunaiwi) dengan langit (dunia atas, surgawi).


Team:
Ardi Winoto, ST.
A. Aziz Arrosyid.

Comments

Popular Posts